TIMOR TIMUR MELALUI GOMBLOH DAN LEO KRISTI

Ditulis oleh Karta Widjaja, 24 Maret 2017


Kalau dipikir, sudah lama juga saya mendengarkan lagu-lagu Gombloh dan Leo Kristi, terbilang melampaui angka puluh tahun. Hanya saja, baru belakangan saya menyadari bahwa mereka pernah bercerita mengenai Timor Timur melalui lagunya. Uniknya, kalau dilihat secara sepintas lalu, lagu "Jawabannya Ada Di Timor Timur 1975" karya Gombloh terlihat seperti saling beradu dengan lagu "Timor Timur" karya Leo Kristi. Lagu yang diciptakan Gombloh mengambil sudut pencerita seseorang yang ditinggalkan karena bertugas ke Timor-Timur hingga tak ada, sedangkan pada lagu yang diciptakan Leo Kristi, mengambil sudut pandang seseorang yang kehilangan saudara-saudaranya karena mempertahankan Timor Timur menjadi wilayah yang berdaulat. Untuk lebih terangnya saya kutipkan syairnya berikut ini:


Jawabannya ada di Timor Timur 1975
karya: Gombloh

Kala mentari menampakan wajah
Kutanya kapan engkau tiba
Kala angin mengelusku manja
Kutanya dimana kau berada

Kutengadah ke langit
Kubisikan sebaris kata
Dimanakah kau permata?

Engkau berangkat dengan wajah bangga
Tanpa terselip rasa yang memaksa
Kuiringkan kau dengan butir doa
Di sela-sela gerimis senja

Kutengadah ke langit
Kubisikan sebaris kata
Dimanakah kau permata?

Berangkatlah Permataku
Timor Timur menunggumu
Berangkatlah Permataku
Timor Timur menunggumu

Setahun sudah aku menantimu
Tak sebait nada menghiburku
Hingga kemarin kuterima pesan
Kau tiada di medan juang

Kutengadah ke langit
Kubisikan sebaris kata
Aku tak percaya

Kutengadah ke langit
Dimanakah kau permata?

Timor Timur
Karya: Leo Kristi

Hai tirani! Dengan senapan dan ujung bayonet
Tak dapat kau penjarakan jiwa kami
Dan di sini kami berdiri: satu hati
Terus berjuang
Pengorbanan tak akan terbuang, Sia-sia

Hmm nekikiriu kiriano 2x

Tubuh-tubuh terbujur kaku, di antara altar dan bangku-bangku
Rumput sabana jadi merah, ternak-ternak pun musnah
Saudara telah tiada, entah di mana mereka

Malam itu angin bernyanyi sedih
Pucuk-pucuk rumput bukit padas
Sekelompok awan putih serupa kuda-kuda
Bergerak dari barat ke timur
Sekelompok jubah hitam terlindung bayang-bayang
Bergerak dari timur ke barat

{Hoya hoya hoya hoya hoya} 2x

Menentang angin menentang lelah
Segenggam tanah sekeping emas
Sehati harapan ‘kan lihat mentari
Terbitnya hari tanpa tirani, nyanyian hati ibu pertiwi

{Hoya hoya hoya hoya hoya} 2x

Lailailailailai lailailailailai lailailailailai

Ya Bapa yang ada di dalam surga, aku datang bersama hati-Mu, ke dalam pelukan saudara kandungku, jadilah kehendak-Mu Ya Bapa
{Hmmm Hmmm Timor Timur ..} 3x, Amin
Lailailailailai lailailailailai lailailailaila



Lepas dari konsepsi politik, idelogi, dan hal-hal lain yang melatarbelakanginya, saya meresapi lagu Gombloh dan Leo Kristi tersebut dengan pemahaman bahwa masing-masing melengkapi cerita tragedi kemanusiaan dalam pihak yang saling bersebrangan. Yang diceritakan Gombloh dan Leo Kristi adalah hal yang sama, yaitu kehilangan akan seseorang yang dengan sepenuh jiwa kita kasihi, ketiadaannya membuat kita "meraung" sepanjang hidup bersama geletar ombak dan angin yang dalam versi Gombloh menjadi "Kutengadah ke langit/ Dimanakah kau permata?" dan dalam versi Leo Kristi menjadi "Ya Bapa yang ada di dalam surga, aku datang bersama hati-Mu, ke dalam pelukan saudara kandungku, jadilah kehendakMu ya Bapa". Pada banyak kejadian, meski penyebabnya adalah setting yang diciptakan manusia, kehilangan membuat kita tak sanggup berpaling dari langit. kita sering dibekap malam-malam yang penuh gelisah dengan debar tak berkesudahan. Rasa ini mengombak hingga batas-batas pertanyaan wajar terlampaui dengan memasuki lorong-lorong gulita tak berkesudahan. Dan kemudian, ketika kita dalam lelah kita menerimanya sebagai sesuatu yang tak perlu dikenang dengan luka bernanah. Pertentangan itu, dengan alasan kebenaran dan kesalahannya masing-masing akan terus berdenyut untuk siap-siap bertabrakan, dari mulai hal paling sederhana hingga paling rumit. dari mulai cara mengairi sawah, moda transportsi, Pilkada, agama, negara, dan surga-neraka. Sesekali, barangkali kita perlu sedikit menahan diri dan memejamkan mata hingga diri lesap dalam perca cahaya, bahwa "seseorang" sangatlah berharga. Sungguh sangat berharga. (sebuah draft).
BAGIKAN
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment