Sangkuriang, Cinta Buta Sang Pengembara

Sangkurian

Kisah Sangkuriang memiliki kemiripan dengan cerita “Oedipus the King” karya Sophocles. Pelaku utama dua kisah itu diceritakan mencintai ibu kandungnya sendiri. Selain itu, Oedipus dan Sangkuriang juga sama-sama membunuh ayah kandungnya yang tidak dikenali oleh mereka. Kedua kisah ini juga melibatkan “penghuni” khayangan di dalam cerita. Perbedaan yang paling mendasar adalah terjadinya pernikahan. Oidipus benar-benar menikahi ibu kandungnya semntara Sangkuriang masih dalam taraf pacaran. Dayang Sumbi menghindari terjadinya pernikahan walaupun tetap menyembunyikan identitas bahwa dirinya adalah Ibu Kandung Sangkuriang sendiri.

Legenda Sangkuriang awalnya merupakan tradisi lisan (dongeng turun temurun) di masyarakat Sunda Jawa Barat. Rujukan tertulis mengenai legenda ini ada pada naskah “Bujangga Manik” yang ditulis pada daun lontar pada akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 Masehi. Sementara itu, Sophocles menulis naskah drama “Oidipus Rex” pada periode sekitar 429 SM di Yunani. Dalam konteks naskah tertulis, “Oidipus Rex” terbit lebih dahulu. Namun demikian, Bujangga Manik bukanlah pengarang dari “Sangkuriang”, dia hanya menuliskan tradisi dongeng yang tersebar di masyarakat Sunda waktu itu. Dengan demikian, kita tidak bisa tahu kapan awal mula kisah “Sangkuriang” ini dibuat. Detail kisah Sangkuriang ini bisa anda baca di sini, di sini, atau silahkan tanya “Mbah Gugel” jika ingin membaca beragam versinya.

Ada yang menarik perhatian saya dalam dongeng Sangkuriang ini, para tokoh sentralnya (Dayang Sumbi dan Sangkuriang) secara genetis duniawi adalah keturunan binatang. Dayang Sumbi adalah keturunan celeng (babi hutan) yang secara “tidak sengaja” mendapat benih dari seorang Raja. Sangkuriang adalah anak Dayang Sumbi dari hasil hubungan dengan anjing. Celeng dan anjing adalah bianatang yang berkonotasi keburukan atau kejelekan di dalam masyarakat Nusantara ini. Dalam versi lain, sosok celeng ini diganti menjadi Kijang.

Wayung Hyang, nama celeng ibu kandung Dayang Sumbi, adalah seorang Dewi yang dikutuk turun ke bumi dari Kayangan. Tumang, nama anjing ayah kandung Sangkuriang, adalah Dewa yang juga dikutuk turun ke bumi oleh Sang Hyang Tunggal. Tidak diceritakan dalam dongeng apakah Tumang dan Wayung Hyang di Negeri Khayangan sebagai suadara, kekasih, atau suami istri. Oleh karena itu, saya menggunakan istilah “genetis duniawi” untuk menyebut mereka keturunan binatang dari sudut pandang duniawi.

Tumang mengenali Wayung Hyang adalah bagian dari masyarakat Khayangan. Hal inilah yang menyebabkan Tumang harus terbunuh oleh anak kandungnya karena menolak untuk mengejar dan menangkap celeng yang melintas di depan mereka saat berburu. Tumang mengetahui bahwa celeng itu adalah Wayung Hyang atau nenek dari Sangkuriang sendiri.
Setelah Tumang terbunuh oleh Anak Panah Sangkuriang yang tidak sengaja terlepas dari busurnya, cerita dua mahluk Khayangan ini pun tidak disinggung lagi. Kematian Tumang ini menjadi pemicu Dayang Sumbi untuk mengusir Sangkuriang.

Apakah makna dari binatang dengan konotosi jelek dalam kisah ini? Tunggu tulisan saya selanjutnya yah....
BAGIKAN
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment