Lutung Kasarung, Beauty and The Beast Rasa Lokal

Lutung Kasarung

Waktu masih sekolah dulu, usai nonton filem "Beauty and The Beast" garapan Gary Trousdale dan Krik Wise, saya langsung inget dongeng "Lutung Kasarung". Filem "Beauty and The Best" adalah adaptasi bebas dari buku tahun 1740 yang ditulis oleh Gabrielle Suzanne Barbot de Villeneuve. Sementara itu, dongeng "Lutung Kasarung" tidak jelas siapa penciptanya, kisah ini berasal dari budaya tutur yang turun temurun dalam bentuk pantun pada awalnya.

Buku-buku cerita ataupun filem yang mengisahkan "Lutung Kasarung" yang kita temui saat ini, merupakan adaptasi bebas juga dari dongeng "Lutung Kasarung" aslinya. Bahkan, sulit menemukan kisah asli dari "Lutung Kasarung" saat ini. Namun demikian, beragam kisah "Lutung Kasarung" yang saya dapatkan memiliki plot yang sama.

Guruminda adalah sosok yang dikutuk oleh hukum di khayangan menjadi lutung (kera, monyet, kingkong) dan diasingkan ke bumi. Guruminda yang menjadi kera itu tinggal di hutan dalam wilayah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Tapa Agung. Raja ini memiliki dua orang putri (versi lain ada yang menceritakan tujuh orang). Putri sulungnya bernama Purbabarang sementara yang bungsu bernama Purbasari. Purbabarang digambarkan sebagai seorang putri raja yang berkepribadian buruk dan adiknya, Purbasari, memiliki kepribadian yang berlawanan, baik hati dan penuh kasih sayang kepada semua orang.

Pada saat Prabu Tapa Agung memutuskan untuk "lengser keprabon", dia menunjuk Purbasari sebagai penggantinya. Hal ini membuat sang kakak, Purbabarang, menjadi marah karena merasa dialah yang seharusnya berhak menggantikan posisi Prabu Tapa Agung. Demi untuk mendapatkan tahta itu, Purbabarang pun mencari akal agar Purbasari batal menggantikan posisi ayahandanya. Purbabarang dengan dibantu kekasihnya, Pangeran Indrajaya, menemui dukun (penyihir) untuk membuat adiknya menderita sakit yang menyerupai sakit karena kutukan. Hal ini ditujukan untuk menggiring opini Istana bahwa Purbasari tidak layak menjadi Ratu karena terkena kutukan.

Serangan sang dukun berhasil, Purbasari mendadak terkena sakit kulit yang menjijikan di seluruh badannya. Purbabarang pun dengan lantang memberitahu seluruh Istana bahwa Purbasari telah terkena kutukan! (mungkin kalo di zaman sekarang ini, Purbarang menggunakan facebook, tweeter, path, dan lain-lain). Fakta bahwa kondisi Purbasari yang kulitnya terlihat menjijikan itu membuat seluruh isi Istana, termasuk Prabu Tapa Agung, sepakat untuk membatalkan penobatan Purbasari menjadi Ratu. Lebih dari itu, Purbasari harus diasingkan ke tempat yang jauh dari Istana agar kutukan tidak menimpa kerajaan secara keseluruihan.

Mungkin pembaca sudah tahu kemana Purbasari akan diasingkan? Betul! Purbasari diasingkan ke hutan dimana Sang Kera jadi-jadian tinggal. Memang begitulah dongengnya, mudah ditebak. Di dalam hutan itu, sehari-hari Purbasari berteman akrab dengan Lutung. Bahkan, Lutung yang masih turunan dewata itu pada akhirnya mampu membebaskan Purbasari dari pengaruh sihir. Purbasari kembali cantik jelita setelah mandi di danau yang diciptakan Lutung dari hasil semedinya.
Desas-desus tentang Putri Purbasari yang sembuh dan kembali cantik jelita sampai juga ke Istana Prabu Tapa Agung. Hal ini pun kemudian menggerakan seluruh jajaran pemerintahan Prabu Tapa Agung untuk langsung membuktikan ke hutan dimana Purbasari di asingkan. Purbabarang turut serta dalam rombongan ini.

Sesampainya di hutan tempat Purbasari tinggal, seluruh rombongan pun terkejut. Desas-desus itu ternyata benar. Putri Purbasari kelihatan cantik jelita dan tidak ada tanda-tanda bekas penyakitnya. Kondisi ini tentu saja memojokkan Purbabarang yang harus melepaskan tahtanya karena sudah tidak ada alasan untuk membatalkan titah Raja bahwa Purbasarilah yang ditunjuk sebagai Ratu pada waktu yang lalu.

Purbabarang tidak lantas menyerah begitu saja. Dia menantang Purbasari untuk melakukan beberapa perlombaan melawannya guna membuktikan siapakah sebenarnya yang paling layak mendapat tahta kerajaan. Dari seluruh seri perlombaan ternyata Purbasari unggul dan hal ini disaksikan oleh para pejabat Istana. Tidak ada cara lagi bagi Purbabarang untuk mengelak, dia harus menerima kenyataan bahwa adiknyalah yang naik tahta.

Lalu bagaimana dengan Lutung? apakah mungkin seorang Ratu punya kekasih seekor kera? Ternyata Lutung berubah menjadi manusia seutuhnya ketika lomba adu tampan calon suami.Seluruh yang hadir menyatakan bahwa Guruminda (jelmaan lutung) jauh lebih tampan dibanding Pangeran Indrajaya kekasih Purbabarang. Begitulah kira-kira kisah singkat Lutung Kasarung. Cerita detailnya bisa anda tanyakan pada 'Mbah Gugel' di situs yang mana bisa dibaca atau coba kunjungi laman Dongeng Referensiana .

Secara sederhana, hikmah dari dongeng Lutung Kasarung adalah perjalanan manusia untuk memperoleh kemuliaan.Kepribadian yang baik tidaklah cukup untuk tiba-tiba memperoleh kedudukan yang tinggi dan mulia. (Purbasari ditunjuk sebagai Ratu oleh Prabu Tapa Agung). Ujian kesabaran menghadapi permusuhan dibutuhkan pribadi itu (Purbasari terkena sihir). Pertolongan agar terbebas dari fitnah tidak bisa diusahakan hanya bersandar pada hukum dunia, pertolongan dari langit (Tuhan) dibutuhkan. Untuk mendapat pertolongan langit, bersahabat dan berbuat baik dengan siapa saja, tidak peduli bagaimanapun bentuk fisik dari sahabat itu. (Guruminda yang menjadi lutung adalah mahluk khayangan).

Kedekatan dengan 'khayangan' akan membawa ke proses pensucian diri.(Purbasari mandi ditelaga ciptaan Guruminda). Setelah bersih dan suci apakah lantas bisa mendapat tahta (kemuliaan)? Ternyata tidak. Proses mendapatkan tahta itu harus melalui ujian lagi. Ujian ini adalah keberanian untuk melawan tantangan angkara murka. (Purbabarang menantang Purbasari dalam beberapa perlombaan). Kedudukan yang tinggi lagi mulia baru bisa diperoleh setelah lolos pada tahap melawan angkara murka.

Hikmah di atas tentu masih sekedar mengupas kulit luar saja. Namun demikian, saya rasa cukup untuk menjadi 'triger' pembaca menggali lebih dalam dan membandingkan dengan kisah "mirip" dari Eropa yang saya singgung di atas, "Beauty and The Beast". Secara pribadi, saya lebih suka "Lutung Kasarung" dibandingkan "Beauty and The Beast". Mengapa? Dongeng dari negeri barat itu relative dangkal makna dibanding dongeng dari negeri ini.

Lutung dan Beast sama-sama mahluk yang dikutuk. Lutung keturunan Dewata dan Beast anak Bangsawan.JIka dilihat dari tokoh wanitanya, Beauty adalah anak pedagang sementara Purbasari keturunan Raja. Perjuang Beauty sebatas perjuangan dalam mempertahankan ketulusan cinta, baik kepada orang tua maupun kekasihnya. Purbasari tidak hanya sekadar mempertahankan cinta, perjuangannya dari menderita penyakit menjijikan (lambang kesalahan/dosa-dosa) sampai mendapatkan tahta yang sebenarnya tidak dia minta. "Lutung Kasarung" tidak sekadar bicara keagungan cinta, dia bicara perjalanan manusia mendekatkan diri kepada Tuhannya (simbolisasi Tahta/Kerajaan/Kekuasaan).

Semoga bermanfaat sahabatku dan marilah bersyukur karena kita tinggal dan memiliki Nusantara ini, sebuah negeri yang gemah ripah loh jinawi dan tentu Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur
BAGIKAN
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment