Bahayanya Rajin Beribadah Tanpa Ilmu yang Cukup

1. Ketika Iblis Menggoda Iman Seseorang

Beribadah

Al-Hasan suatu ketika bercerita kepada murid-muridnya tentang sebuah pohon yang disembah oleh banyak orang, mereka jelas-jelas menyembah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Pada suatu ketika, datanglah seorang laki-laki ketempat pohon itu dengan penuh amarah seraya berkata, “Demi Allah, saya akan tebang pohon ini! agar mereka tidak menyembah selain Engkau Ya Allah”  Tepat ketika dia akan mengayunkan kampaknya, datanglah Iblis dengan menyerupai laki-laki terhormat yang kaya raya.

Iblis itu lalu berkata, "Tahan kampakmu sebentar Tuan! Apa yang Anda inginkan dengan menebang pohon ini?" Lelaki itupun menjawab, “Saya akan tebang pohon ini karena menjadi sembahan orang-orang kepada selain Allah."

Iblis pun berkata dengan lemah lembut, “Saudaraku, bukankah orang-orang yang menyembah pohon ini tidak pernah mengganggu dan menyakitimu?"

"Saya tidak peduli, saya akan tetap menebang pohon ini!", jawab laki-laki itu.

"Baiklah, kalo begitu. Tebanglah pohon itu jika Anda tidak ingin sesuatu dari saya yang akan membuatmu bahagia!", kata Iblis yang mulai melancarkan godaan. "Anda bisa memberi kebahagian apa kepada saya? Saya tidak memiliki apa-apa tapi saya bahagia saat beribadah menyembah Allah saja!", jawab laki-laki itu.

"Bagus! Saya tidak melarangmu beribadah. Saya hanya akan memberimu 10 dinar setiap pagi hari dan kamu boleh terus beribadah. Saya hanya minta satu, jangan tebang pohon ini. Orang yang menyembahnya tidak mengganggu dirimu.", kata Ibilis sambil mengeluarkan segenggam dinar dan berkata, "Ini untukmu, agar engkau percaya bahwa aku mampu memberimu dinar setiap pagi. Dan jangan lupa, teruslah beribadah dengan rajin Saudaraku"

Laki-laki itu pun terpikat dengan tawaran itu. Dia berpikir bahwa orang ini tidak menghalanginya untuk beribadah kepada Allah. "Baiklah, saya terima tawaran Anda. Saya harap Anda tidak berdusta sebab jika berdusta, bukan pohon ini yang akan saya tebang, tapi leher Anda sebagai penggantinya!"

Tiga hari berturut-turut setelah kejadian itu, laki-laki itu selalu menemukan 10 dinar tepat di depan pintu rumahnya. Pada hari ke-empat ketika dia hendak mengambil dinar seperti biasanya ternyata sudah tidak ada lagi di depan pintu rumahnya. Dia pun mulai was-was dan masih berpikir positif. "Mungkin si Fulan itu sedang sibuk sehingga belum sempat mampir memberikan uangnya", pikir Laki-laki itu dalam hati.

Hari-hari pun berlalu hingga tepat pada hari ke-tujuh, Laki-laki itu tetap tidak mendapatkan dinar di depan rumahnya. Amarahnya pun meluap-luap memenuhi dadanya. Dia ambil kampaknya dan segera berangkat menuju pohon sembahan itu.

Ibilis yang menyaru sebagai laki-laki yang sama seperti dulu ternyata sudah berada di dekat pohon itu. Laki-laki itu pun langsung menghampiri dan membentaknya, "Pendusta kamu! Tidak ada lagi dinar untukku dari tiga hari yang lalu! Bersiaplah untuk mati terpenggal kapakku!"

Sambil tersenyum Iblis itu menjawab, "Mengapa kamu ingin memenggalku? Apakah karena kamu tidak mendapti dinar lagi di depan rumahmu?". "Yak! Tidak ada lagi dinar sudah dari tiga hari yang lalu. Sementara aku dapati dirimu ada di sini tanpa kesibukan seperti yang aku duga. Kamu sudah menipuku! Bersiaplah pendusta! Hari ini kepalamu akan kupisahkan dari tubuhmu!"

"Ayunkan kapakmu manusia bodoh!, Kita lihat saja, apakah kapakmu mampu memenggal kepalaku!" kata Iblis dengan jumawa.

Tanpa pikir panjang lagi, laki-laki itu mengayunkan kapaknya tepat dileher si Iblis. Tapi ternyata kapak itu hanya lewat, seperti menebas udara saja. Berkali-kali dia coba dan hasilnya tetap sama hingga dia kelelahan dan jatuh terduduk.

Iblis itu lalu mengeluarkan pedang yang berkilau dan menempelkan ke leher Laki-laki itu sambil berkata, "Siapa yang akan menolongmu dari kematian saat ini?". Laki-laki itu pun menghiba-hiba meminta ampun agar tidak dibunuh. Dia berkata, "Ampuni saya Tuan, saya khilaf dan tidak tahu kalau Tuan memiliki kemampuan ajaib itu. Saya berjanji tidak akan mengganggu Tuan dan bersedia menjadi murid Tuan."

"Manusia bodoh! Jika saja kamu ayunkan kapakmu ketika pertemuan yang pertama dulu, niscaya aku akan mati tertebas dan terbakar kapakmu. Hari ini kamu dalam kekuasaan ku. Niatmu dulu dengan hari ini jauh berbeda. Dulu kamu berniat karena Allah tetapi sekarang kamu berniat hanya karena dinar! Sebab itulah aku mampu menguasaimu karena Tuhanmu hari ini adalah Dinar!"

2. Ahli Ibadah yang Tertipu Fatwa Iblis

Al kisah, di kalangan Bani Israil ada seorang pemuda yang rajin sekali beribadah. Tidak ada orang meragukan akan banyaknya ibadah yang telah dilakukannya. Dia memiliki biara di atas bukit yang selalu digunakan untuk beribadah dengan khusyu.

Pada suatu sore yang cerah, Pemuda itu turun ke perkampungan berjalan-jalan untuk melihat-lihat keadaan kampungya. Di sebuah jalan yang lurus dan tidak terhalang oleh apa pun, dari kejauhan dia melihat seseorang dengan tubuh yang kumal. Dia juga melihat orang-orang menghindari sambil menutup hidungnya. Ketika jaraknya semakin dekat dengan orang kumal itu, Pemuda ini mulai mencium bau busuk yang sangat menusuk dan membuat perutnya mual seketika.

Laki-laki yang rajin beribadah ini pun kemudian berbelok menghindari berpapasan dengan orang kumal itu. Dia pun buru-buru kembali menuju ke tempat ibadahnya. Dia berpikir dan berdoa, "Ya Tuhanku, sungguh aku belum sanggup bertemu dengan Iblis yang memiliki bau seperti itu. Jauhkanlah aku dari orang yang telah Engkau laknati itu ya Tuhan."

Sampai disebuah belokan yang dekat dengan biaranya, Pemuda ini bertemu dengan seseorang yang berpakain seperti Rahib. Wajah Rahib ini setenang danau dan bercahaya. Tubuhnya menebarkan aroma wewangian yang menyenangkan. Pemuda ini pun berkata dalam hati, "Siapa dia? Ibadahnya pasti sudah luar biasa hebatnya. Apakah dia tamu yang menungguku?"

"Selamat sore Tuan Rahib, ada apakah gerangan sehingga Anda berada di sekitar gubukku ini?", laki-laki itu menyapa Rahib. "Selamat sore anak muda yang rajin ibadah. Aku di sini karena ingin memberitahukan sesuatu kepadamu.", jawab Rahib itu dengan senyuman yang ramah.

"Wah Syukurlah, Tuhan telah menyuruh utusannya untuk mengajari aku cara beribadah yang terbaik. Apakah itu yang akan Anda beritahukan kepada saya wahai Rahib", kata pemuda itu.

"Anak muda, kejadian yang baru saja Kamu alami adalah ujian dari Tuhan kepadamu. Sebagai seorang yang rajin beribadah, seharusnya Kamu menemui orang yang kamu lihat kumal dan menebarkan bau busuk tadi. Dia juga hamba Tuhan seperti kita.", Pemuda itu pun terkejut dan heran, betapa saktinya Rahib ini sehingga tahu kejadian saat dia menghindari dari orang kumal tadi.

"Maafkan saya Rahib, saya telah lalai...", Pemuda ini menangis dan merasa bersalah sekali. lalu dia melanjutkan sambil terus menangis,"Apakah Tuhan masih bisa mengampuni saya? Sungguh betapa bodohnya saya ini..."

"Anak Muda...," kata Rahib itu sambil memeluk pundaknya, "Tuhan itu Maha Pengampun. Sebesar apa pun dosa kita pasti akan diampuni. Hanya saja kita harus menunjukan bahwa kita berani menebus kesalahan itu dengan sungguh-sungguh."

"Ajari aku cara menebus dosaku itu wahai Rahib," kata pemuda itu sambil memelas dan memohon kepada Rahib.

"Apakah kamu sanggup?" jawab Rahib.

"Apa pun itu, Wahai Rahib, akan saya lakukan."

"Baiklah Anakku, kesalahanmu tadi adalah menghindari bau busuk. Padahal bau itu adalah ciptaan Tuhan dan muncul dari hamba Tuhan yang kamu hindari. Padahal mungkin dia membutuhkan petuah-petuahmu. Jadi, tebuslah kesalahanmu itu dengan selalu tegar mencium bau busuk itu kapan pun dan dimanapun sampai kamu mati."

"Bagaimana caranya? Yaa Rahib kekasih Tuhan..."

"Mudah sekali anakku, carilah tikus hutan yang agak besar. Bunuhlah dan jadikan dia kalung di lehermu. Jika baunya hampir menghilang, segera kamu mencari tikus lagi, bunuh dan jadikan kalung pengganti. Begitu seterusnya hingga kamu kembali kepada Tuhan. Dengan cara itu, mudah-mudahan Tuhan mengampuni."

"Baiklah Rahib, saya akan lakukan!" kata Pemuda itu dengan yakin kepada Rahib. 

Tiba-tiba Rahib itu pun menghilang. Pemuda ini semakin yakin jika Rahib tadi adalah utusan Tuhannya. Dia pun segera mencari tikus hutan yang besar lalu dibunuhnya dan dijadikan kalung. Begitulah seterusnya dia lakukan hingga dia mati dengan berkalung bangkai tikus.

Tentu saja segala ibadahnya menjadi sia-sia sebab dia menghadap Tuhannya dengan membawa bangkai yang busuk dan bukan menghadap dengan kesucian. Pemuda itu tidak pernah tahu bahwa Rahib itu adalah Iblis yang menyaru. Ibadah Pemuda itu tidak didasari ilmu yang cukup sehingga mudah ditipu oleh Iblis.
BAGIKAN
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment